Senin, 19 Januari 2009

Morfofonemik Dalam Bahasa Indonesia

MORFOFONEMIK DALAM BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia mempunyai tanggung jawab keilmuan kepada peserta didik dalam memberikan kaidah berbahasa yang baik dan benar. Materi pembelajaran yang disajikan hendaknya mencerminkan kazanah bahasa Indonesia yang selaras dan sejalan dengan perkembangan peradaban rakyat Indonesia. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia sebaiknya juga melakukan pengkajian terhadap berbagai persoalan terhadap perkembangan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Salah satu bidang pengkajian bahasa Indonesia yang cukup menarik adalah bidang tata bentukan atau morfologi. Bidang ini menarik untuk dikaji karena perkembangan kata-kata baru yang muncul dalam pemakaian bahasa sering berbenturan dengan kaidah-kaidah yang ada pada bidang tata bentukan ini. Oleh karena itu perlu dikaji ruang lingkup tata bentukan ini agar ketidaksesuaian antara kata-kata yang digunakan oleh para pemakai bahasa dengan kaidah tersebut tidak menimbulkan kesalahan sampai pada tataran makna. Jika terjadi kesalahan sampai pada tataran makna, hal itu akan mengganggu komunikasi yang berlangsung. Bila terjadi gangguan pada kegiatan komunikasi maka gugurlah fungsi utama bahasa yaitu sebagai alat komunikasi. Hal ini tidak boleh terjadi.
Salah satu gejala dalam bidang tata bentukan kata dalam bahasa Indonesia yang memiliki peluang permasalahan dan menarik untuk dikaji adalah proses morfofonemik atau morfofonemis. Permasalahan dalam morfonemik cukup variatif, pertemuan antara morfem dasar dengan berbagai afiks sering menimbulkan variasi-variasi yang kadang membingungkan para pemakai bahasa. Sering timbul pertanyaan dari pemakai bahasa, manakah bentukan kata yang sesuai dengan kaidah morfologi. Dan, yang menarik adalah munculnya pendapat yang berbeda dari ahli bahasa yang satu dengan ahli bahasa yang lain. Fenomena itulah yang menarik bagi kami untuk melakukan pengkajian dan memaparkan masalah morfofonemik ini dalam makalah ini.

B. Fokus Permasalahan

1. Bagaimanakah peristiwa morfofonemik dalam bahasa Indonesia?
2. Apa saja jenis morfofonemik dalam bahasa Indonesia?
3. Bagaimanakah kaidah morfofonemik dalam bahasa Indonesia?

C. Kajian Teori

Pengertian Morfofonemik

1. Proses morfofonemik adalah proses berubahnya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal kata yang bersangkutan (Zainal Arifin, 2007:8).
2. Morfofonemik, disebut juga morfonemik, morfofonologi, atau morfonologi atau peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi (Abdul Chaer, 2007:194).
3. Morfofonemik adalah subsistem yang menghubungkan morfologi dan fonologi. Di dalamnya dipelajari bagaimana morfem direalisasikan dalam tingkat fonologi. (Kridalaksana, 2007:183)

BAB II PEMBAHASAN

A. Peristiwa Morfofonemik dalam Bahasa Indonesia

Proses morfofonemik adalah peristiwa fonologis yang terjadi karena pertemuan morfem dengan morfem. Proses morfonemik dalam bahasa Indonesia hanya terjadi dalam pertemuan realisasi morfem dasar (morfem) dengan realisasi afiks (morfem), baik prefiks, sufiks, infiks, maupun konfiks (Kridalaksana, 2007:183).
Peristiwa morfonemik dalam bahasa Indonesia dapat kita lihat misalnya pada prefiks me- . Dalam proses afiksasi, prefiks me- tersebut akan berubah menjadi mem-, meny-, meng-, menge-, atau tetap me-, menurut aturan-aturan fonologis tertentu. Istilah “morfofonemis” menunjukkan kaidah yang menyesuaikan bentuk-bentuk alomorf-alomorf yang bersangkutan secara fonemis.

B. Jenis Morfofonemik dalam Bahasa Indonesia

Kridalaksana memerikan perubahan-perubahan fonem yang terjadi akibat pertemuan morfem itu dapat digolongkan dalam sepuluh proses, yaitu:
1. pemunculan fonem
2. pengekalan fonem
3. pemunculan dan pengekalan fonem
4. pergeseran fonem
5. perubahan dan pergeseran fonem
6. pelesapan fonem
7. peluluhan fonem
8. penyisipan fonem secara historis
9. pemunculan fonem berdasarkan pola bahasa asing
10. variasi fonem bahasa sumber
Sedangkan Abdul Chaer membagi perubahan fonem dalam proses morfofonemik ini dalam lima wujud, yaitu:
1. pemunculan fonem
2. pelesapan fonem
3. peluluhan fonem
4. perubahan fonem
5. pergeseran fonem
Berbeda dengan kedua ahli bahasa sebelumnya, Zaenal Arifin dan Junaiyah memaparkan peristiwa morfofonemik dari afiks-afiks dan kata bentukan pada afiksasi tersebut. Sehingga munculah morfofonemik pada prefiks meng-, per-, ber-, dan ter- beserta morfofonemik yang terjadi akibat pertemuan afiks-afiks tersebut dengan fonem tertentu pada dasarnya.

C. Kaidah Morfofonemik dalam Bahasa Indonesia

1. Menurut Harimurti Kridalaksana :

a. pemunculan fonem

Proses morfofonemik yang paling banyak terjadi ialah pemunculan fonem. Fonem yang muncul itu sama tipenya (homorgan) dengan fonem awal dalam morfem dasar. Perubahan morfofonemik semacam itu menimbulkan alomorf-alomorf dari morfem yang bersangkutan.
Contoh :
1) pemunculan bunyi luncur /y/ pada kata : ketinggiyan, tepi yan, penanti yan
2) pemunculan bunyi luncur /w/ pada kata : kepulau wan, serbu wan, pertoko wan
3) pemunculan /a/ pada penggabungan morfem dasar ayah dan prefiks anda :/ ayahanda/
4) pemunculan /n/ pada pertemuan morfem dasar diri dengan prefiks se-: /sendiri/
5) pemunculan /m/ pada pertemuan morfem dasar barang dengan prefiks se- : /sembarang/
6) pemunculan /m/ pada penggabungan morfem dasar yang diawali dengan /b/, /f/, dan /p/ yang bergabung dengan prefiks me-, pe-, dan pe-an : membeli, memperbarui, memfitnah, pemberian
7) pemunculan /n/ yang terjadi bila morfem dasar diawali oleh konsonan /t/ dan /d/ bergabung dengan /me-/, /pe-/, maupun /pe-an/, contoh : pendengar, mendapat, pendalaman.
8) pemunculan /n/ pada penggabungan morfem dasar yang diawali dengan /c/, dan /j/ yang bergabung dengan prefiks me-, pe-, dan pe-an : mencari, pencuri, pencarian
9) pemunculan /ng/ pada penggabungan morfem dasar yang diawali dengan /g/, /x/, dan /h/ yang bergabung dengan prefiks me-, pe-, dan pe-an : mengkoordinir, penggugat, pengkhususan, penghapus

b. pengekalan fonem

Proses pengekalan fonem terjadi bila proses penggabungan morfem tidak terjadi apa-apa, baik pada morfem dasar maupun afiks. Morfem dasar dan morfem terikat itu dikekalkan dalam bentuk baru yang lebih konkret.
1) pengekalan fonem terjadi pada morfem dasar /y/, /r/, /l/, /w/, atau nasal bergabung dengan /me-/, /pe-/, contoh : meyakinkan, peramal, pelempar, pewarna
2) pengekalan fonem terjadi bila morfem dasar yang berakhir dengan /a/ bergabung dengan konsonan ke-an, contoh : kerajaan, keadaan, kelamaan.
3) Pengekalan fonem terjadi bila afiks ber-, per-, atau ter- bergabung dengan kecuali ajar, anjur, atau yang diwakili konsonan /r/ atau suku kata pertamanya berakhir mengandung /r/ contohnya : bermain, tersalip, pertanda
4) Pengekalan fonem terjadi bila afiks se- bergabung dengan morfem dasar, contohnya : searah, seumur, sebutir
5) Pengekalan fonem terjadi bila afiks –man, -wan, dan –wati bergabung dengan morfem dasar, contohnya : seniman, peragawati, wartawan

c. pemunculan dan pengekalan fonem

Pemunculan dan pengekalan fonem ialah proses pemunculan fonem yang homorgan dengan fonem pertama morf dasar dan sekaligus pengekalan fonem pertama morf dasar tersebut.
1) pemunculan /ng/ dan pengekalan /k/ contohnya : mengkukur, pengkaji
2) pemunculan /ng/ dan pengekalan /’/ contohnya : mengarang, pengukur

d. pergeseran fonem

Pergeseran posisi fonem terjadi bila komponen dari morfem dasar dan bagian dari afiks membentuk satu suku kata. Pergeseran ini dapat terjadi ke depan, ke belakang, atau dengan pemecahan.
1) pergeseran ke belakang : /baik/ + /per-i/  per-ba-i-ki
/bakar/ + /ke-an/  ke-ba-ka-ran
2) peregeseran ke depan : /ibu/ + /-nda/  i-bun-da
3) pemecahan suku kata : /gembung/ + /-l-/  ge-lem-bung
/gigi/ + /-r-/  gerigi

e. perubahan dan pergeseran fonem

Perubahan dan pergesaran posisi fonem terjadi pada proses penggabungan morfem dasar yang berakhir dengan konsonan dengan afiks yang berawal dengan vokal.
1) perubahan dari fonem /’/ menjadi fonem /k/
Contohnya : /me-i/ + /nai’/  me-na-i-ki,
/ke-an/ + /dudu’/  ke-du-du-kan
2) perubahan dari fonem /r/ menjadi fonem /l/ pada afiks ber-, per-, dan per-an
Contohnya : /ber-/ + /’ajar/  be-la-jar
/per-/ + /’ajar/  pe-la-jar
/per-an/ + /’ajar/  pe-la-ja-ran

f. pelesapan fonem

Proses pelesapan fonem terjadi bila morfem dasar atau afiks melesap pada saat terjadi penggabungan morfem.
1) pelesapan fonem /k/ atau /h/ terjadi bila morfem dasar yang berakhir pada konsonan tersebut bergabung dengan sufiks yang berasal dari konsonan juga.
Contoh : /’anak/ + /-nda/  ananda
/sejarah/ + /wan/  sejarawan

g. peluluhan fonem

Proses peluluhan fonem terjadi bila proses penggabungan morfem dasar dengan afiks membentuk fonem baru.
1) peluluhan fonem awal /k/ bila morfem dasar tersebut bergabung digabung dengan afiks /me-/, /me-kan/, /me-i/, /pe-/, dan /pe-an/.
Contoh : /me-/ + /karang/  mengarang
/me-kan/ + /kirim/  mengirimkan
/me-i/ + /kurang/  mengurangi
/pe-/ + /karang/  pengarang
/pe-an/ + kurang/  pengurangan
2) peluluhan fonem awal /p/ bila morfem dasar tersebut bergabung dengan afiks /me-/, /me-kan/, /me-i/, /pe-/, dan /pe-an/
Contohnya : /me-/ + /pilih/  memilih
/me-kan/ + /piker/  memikirkan
/me-i/ + /perang/  memerangi
/pe-/ + /pahat/  pemahat
/pe-an/ + /putih/  pemutihan
3) peluluhan fonem /s/ terjadi pada penggabungan dengan afiks /me-/, /me-kan/, /me-i/, /pe-/, dan /pe-an/
Contohnya : /me-/ + /sayur/  menyayur
/me-kan/ + /saksi/  menyaksikan
/me-i/ + /sakit/  menyakiti
/pe-/ + /susun/  penyusun
/pe-an/ + /salur/  penyaluran

h. penyisipan fonem secara historis

Penyisipan terjadi bila morfem dasar yang berasal dari bahasa asing diberi afiks yang berasal dari bahasa asing.
Contoh : /standar/ + /-isasi/  satndardisasi
/objek/ + /if/  objektif
/impir/ + /ir/  importir

i. pemunculan fonem berdasarkan pola bahasa asing

Pemunculan fonem akibat dari mengikuti pola morfofonemik bahasa asing.

j. variasi fonem bahasa sumber

Variasi fonem ini mengikuti pola bahasa sumber dan memiliki makna sama dengan bahasa sumber.

2. Menurut Abdul Chaer

Bahasan Abdul Chaer mengenai kaidah morfofonemik dalam bahasa Indonesia pada dasarnya sama dengan pembahasan yang diberikan oleh Kridalaksana. Namun Abdul Chaer hanya memerikan proses morfofonemik ke dalam lima peristiwa, yaitu (1) pemunculan fonem; (2) pelesapan fonem; (3) peluluhan fonem; (4) perubahan fonem; (5) pergeseran fonem.
Lebih jauh Abdul Chaer menegaskan bahwa seperti tampak pada namanya, yang merupakan gabungan dari dua bidang studi yaitu morfologi dan fonologi, atau morfologi dan fonemik, bidang kajian morfonologi atau morfofonemik ini meskipun biasanya dibahas dalam tataran morfologi tetapi sebenarnya lebih banyak menyangkut masalah fonologi. Kajian ini tidak dibicarakan dalam tataran fonologi karena masalahnya baru muncul dalam kajian morfologi, terutama dalam proses afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Masalah morfofonemik ini terdapat hampir di semua bahasa yang mengenal proses-proses morfologis.

3. Menurut Verhaar
Verhaar dalam Asas-Asas Linguistik Umum tidak banyak mengulas morfofonemik ini. Dia hanya menyampaikab bahwa istilah morfofonemis sudah menunjukkan bahwa kaidah tersebut menyesuaikan bentuk alomorf-alomorf yang bersangkutan secara fonemis. Contoh tentang men- dalam morfologi Indonesia, sebelum /m/ dan /b/ menjadi mem- sehingga homorgan dengan fonem pertama bentuk dasar; atau sebelum vokal menjadi /meng-/ sebelum /s/ menjadi /meny-/ dan seterusnya demikian.
Lebih lanjut Verhaar menyampaikan bahwa alomorf-alomorf imbuhan men- dalam bahasa Indonesia yang menjadi mem- sebelum /m/ dan /b/, hal itu boleh dipandang sebagai hal fonemis semata-mata, karena kehomorganan, yaitu homorgan artikulasinya. Pendek kata kaidah morfofonemis adalah fonemis hanya sejauh kaidah tersebut dapat dirumuskan dengan mengacu pada fonem-fonem saja.

4. Menurut Zaenal Arifin dan Junaiyah
Kedua ahli bahasa ini mengelompokkan proses morfofonemik pada afiks-afiks yang mengalaminya.
a. Morfofonemik Prefiks meng-
Ada tujuh peristiwa morfofonemik pada prefiks meng-, yaitu :
1) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /k/, /h/, /x/ bentuk meng- tetap meng-/men-/.
Misalnya : mengawali, mengikuti, mengubah, mengekor, mengarang, menghitung
2) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /l/, /m/, /n/, /r/, /y/, atau /w/, bentuk tersebut akan menjadi me-
Misalnya : melalui, meronta, meyakini, mewariskan
3) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /d/, atau /t/, prefiks tersebut berubah menjadi men-
Misalnya : mendengar, menulis
4) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /b/, /p/, atau /f/, prefiks tersebut berubah menjadi mem-
Misalnya : membawa, memarkir, memfitnah
Fonem /f/ berasal dari bahasa asing maka tidak diluluhkan. Pada kata patuhi dan pakai, fonem /p/ luluh. Akan tetapi, peluluhan itu tidak terjadi jika fonem /p/ merupakan bentuk yang mengawali prefiks per- atau dasarnya berawal dengan per- dan pe- tertentu.
Misalnya : mempelajari, memperbincangkan
5) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /c/, /j/, dan /s/, bentuk meng- berubah menjadi men-, meny-, men-,
Misalnya : mencubit, mencopot, menjadikan, menjajakan, menyapu
6) Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang bersuku satu, bentuk meng- berubah menjadi menge-
Misalnya : mengetik, mengerem, mengepel, mengebom
7) Jika verba yang berdasar tunggal direduplikasi, dasarnya diulangi dengan mempertahankan peluluhan konsonan pertamanya. Dasar yang bersuku satu mempertahankan unsur nge- di depan dasar yang direduplikasi. Sufiks (jika ada) tidak ikut direduplikasi, misalnya : menulis-nulis, menari-nari, mengelap-ngelap

b. Morfofonemik Prefiks per-
Ada tiga peristiwa morfofonemik pada prefiks per-, yaitu:
1) Prefiks per- berubah menjadi pe- apabila ditambahkan pada dasar yang dimulai fonem /r/ atau dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /er/
Misalnya : perasa, peraba, pekerja, peserta
2) Prefiks per- berubah menjadi pel- apabila ditambahkan pada bentuk dasar ajar.
Misalnya : per- + ajari  pelajari
3) Prefiks per- tidak mengalami perubahan bentuk jika bergabung dengan dasar lain di luar kaidah 1 dan 2 di atas.
Misalnya : perdalam, perluas, perkaya, perindah, perbaiki

c. Morfofonemik Prefiks ber-
Ada empat peristiwa morfofonemik pada prefiks ber-, yaitu :
1) Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /r/
Misalnya : beransel, berupa, berenang, berendam
2) Prefks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /er/
Misalnya : ber + kerja  bekerja
ber + serta  beserta
Bandingkan dengan : ber + karya  berkarya
ber + kurban  berkurban
dalam kedua kata tersebut prefiks ber tidak berubah karena suku pertamanya tidak berakhir dengan /er/ tetapi /ar/ dan /ur/.
3) Prefiks ber- berubah menjadi bel- jika ditambahkan pada dasar tertentu
Misalnya : ber + ajar  belajar
4) Prefiks ber- tidak berubah bentuknya apabila digunakan dengan dasar di luar kaidah 1-3 di atas.
Misalnya : ber + layar  berlayar
ber +main  bermain
ber+peran  berperan

d. Morfofonemik Prefiks ter-
Morfofonemik ter mengalami dua peristiwa morfofonemik yaitu:
1) Jika suku pertama kata dasar berakhir dengan bunyi /er/, fonem /r/ pada prefiks ter- ada yang muncul dan ada pula yang tidak.
Misalnya : ter + percaya  terpercaya
ter + cermin  tercermin
2) Di luar kaidah di atas, ter- tidak berubah bentuknya.
Misalnya : ter + pilih  terpilih
ter + bawa  terbawa

BAB III SIMPULAN

1. Peristiwa morfofenemik pada dasarnya adalah proses berubahnya sebuah fonem dalam pembentukan kata yang terjadi karena proses afiksasi karena pertemuan antara morfem dasar dengan afiks.
2. Morfofonemik terdapat pada setiap bahasa yang mengalami proses morfologi.
3. Morfofonemik adalah peristiwa fonologis yang terjadi pada proses morofologis sehingga dibahas pada bidang morfologi.
4. Analisis terhadap peristiwa morfofonemik perlu dilakukan agar dapat diketahui kaidah pembentukan kata yang benar dalam pemakaian bahasa serta dalam upaya memperkaya kasanah bahasa Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal dan Junaiyah. 2007. Morfologi :Bentuk, Makna, dan Fungsi. Jakarta:PT Grasindo.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta:Rineka Cipta.
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
Verhaar. 2006. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

1 komentar:

  1. Informasinya sangat membantu, saya sedang mencari proses morfologi dalam bahasa Jawa.

    BalasHapus